It's been a little while since the last time i'm writing in my blog, well.. let's start with hi.
hi! it's really great to be back, september was really hectic yet exciting.
and finally after all, gue ada kesempatan untuk menulis lagi di blog.
apparently gue akan lebih sering menulis obrolan random gue dengan orang-orang entah itu Yudho, teman-teman bahkan supir grab atau orang yang tidak pernah gue kenal sebelumnya
since di semester ini gue nggak ada kesempatan untuk jalan-jalan dan menulis sesuatu yang menarik
untuk dishare ke kalian.
despite the facts that tingkat ke-mager-an gue untuk keluar dari area condong catur is overrated.
jadi menurut gue supervising ke tempat para pengrajin sudah terhitung sebagai jalan-jalan bagi gue,
ada sih waktu untuk berlibur.. ke pantai atau ke hutan gitu misalnya, tapi gue merasa mulai mengenali diri gue sendiri, gue tidak bisa memaksakan diri gue untuk pergi liburan yang menguras banyak energi, jadi yah.. gue sama Yudho biasanya hanya pergi ke mall untuk cuci mata, makan siang atau makan malam bersama (ini udah jadi rutinitas sih kayaknya) dan mengunjungi festival kuliner di Yogyakarta. (kita biasa menyebut ini energy saving mode )
Moreover, kita berdua udah ada di penghujung tahun perkuliahan, kita udah semester lima sekarang,
which menurut gue semester lima dan enam itu kayak masuk ke dalam stage permainan taken yang aura nya horor dan kita harus siap-siap bertempur lawan 'devil jin'. Dan kalo nggak mengatur strategi dan jurus-jurus bisa K.O
Mata kuliah di semester ini mostly ada unsur ilmiah nya, berbau penelitian dan project.
Disitulah challenging nya. Bukan cuma kognitif yang diuji tapi juga dari sisi emosional lo, semua orang akan mulai jadi idealis dan self-oriented. Mungkin nggak semua, but most of them.
Nah, jujur aja
gue itu bukan tipikal orang yang suka menjalani rutinitas yang gitu-gitu aja,
gue tidak setertarik itu dengan teori-teori dan ceramah dosen.
disclaimer : gue tetap mengutamakan kuliah meskipun gue tidak menjadi mahasiswa yang dominan di kelas dan perpus, hehe.
gue suka sesuatu yang dinamis, gue suka pergi keluar bertemu orang-orang baru. Sementara dikampus, gue terbilang lebih fokus sama hal-hal non-akademis,
gue lebih fokus sama lomba-lomba debat bahasa inggris, jadi MC di acara-acara kampus, pergi ikut event promosi kampus, mencoba-coba peruntungan di bisnis baru, dan kadang gue justru disibukan sama freelance yang sekarang ini gue jalani.
Meskipun some of the times gue ngeluh-ngeluh capek karna susahnya bagi waktu (Yudho pasti bosen denger ini) gue tidak merasa studi gue terhambat, apalagi terbengkalai, satu dua nilai yang kurang selalu masih bisa diperbaiki, meskipun gue bukan tergolong mahasiswa yang "Rajin dan Pintar"
tapi gue masih bisa catch up sama mata kuliah gue.
tapi masalahnya adalah...
tidak tergolong mahasiswa yang "rajin dan pintar" terkadang membuat kita merasa tersudut (entah itu cuma prejudice gue yang nggak pernah puas terhadap diri sendiri atau memang kenyataan nya begitu).
Gue jurusan information systems di kampus, even though gue konsentrasi di perancangan film animasi 2D, gue nggak akan bisa lepas dari apps builder, codes, and all those shitty things in regards to my major.
Selalu ada saat-saat gue merasa salah jurusan dan meremehkan diri sendiri.
mungkin gue bisa dikatakan perfectionist, dulu gue selalu kepingin bisa semuanya dan mungkin nafsu ingin master dalam segala hal masih ada sampai sekarang. i never get enough of myself, or even tho for just being grateful of being me (yeah, this is bad i know.. jangan ditiru).
Believe it or not, gue dulu pernah ikut silat, ikut literature club, ikut grup musikalisasi puisi, basket, ikut english club, modern dance, ikut grup vokal dan coba rekaman sama temen-temen gue (this is so stupid, cause i was just realizing that i totally am having a bad voice)
bukan cuma karna gue mau tau apa sebenarnya yang gue minati tapi juga karna gue merasa terintimidasi melihat orang yang lain bisa sedangkan gue nggak.
balik lagi ke kondisi dimana dikelas gue bukan termasuk kedalam kategori mahasiswa yang menonjol di major gue, disitu gue merasa ada burden ketika teman-teman sekelas gue bisa keep up very well sama coding-an. Sedangkan gue harus mencerna pelan-pelan apa yang dikatakan modul, dan kalau program nya dimodifikasi sedikit gue kelabakan.
"bagus dong kalo ngeliat orang bisa dan ke-triggered jadi pingin bisa?"
iya bagus, tapi masalahnya when you have tried so hard to understand something and mastering it but fail, then whose to blame?
dari semester satu gue mencoba memahami algoritma dan struktural coding-coding tersebut tapi kenyataanya mungkin gue tidak diciptakan untuk itu.
gue tidak pintar di akademik, gue tidak pernah mencapai parameter Pintar-nya orang orang
yang menganggap bahwa ukuran jenius adalah eksakta dan matematika, i'm a slow runner in certain things, se-termotivasi apapun gue, seberapapun gue berusaha melewati limitation gue, gue tetap tidak bisa mengejar orang-orang yang mindsetnya demikian.
Alasan paling logis kenapa kita selalu memaksakan diri sendiri to meet everyone expectation adalah karna kita tidak ingin diremehkan.
terus Yudho tanya
"papamu punya karyawan nggak? menurutmu kenapa dia ngehire karyawan? akuntan and so so"
"menurutmu kenapa presiden punya mentri?"
terus gue jawab "ya buat bagi-bagi tugas lah"
"kenapasih, fikiranmu itu practical banget"
"ya terus apa? memang itukan alasan nya??"
"sebelum kesitu kamu harus paham, kalau orang-orang yang di hire presiden, orang-orang yang di hire papamu adalah orang-orang yang expert dalam bidangnya, bagian finance pasti kualifikasinya sekolah mastering akutansi bertahun-tahun. Meskipun papamu bisa ngurus keuangan juga, apa iya papamu sanggup ngurusin perusahaan sendiri? apa iya presiden mau ngurus negara sendiri?
semulti-talenta apapun individuals rin, mereka tetap butuh orang lain yang expert di bidangnya, nggak semua orang bisa master disemuanya, kalaupun ada itupun langka"
Terus mulai terbersit bahwa sebenarnya keinginan gue untuk menguasai segala bidang adalah karna tuntutan dari gengsi gue sendiri yang setinggi burj khalifa.
"kamu mastering bidang art dan design, tenang aja rin nggak semua orang bisa, dokter umum nggak akan berani memberi solusi yang memang harus diberikan dokter spesialis, semua ada batasnya, semakin kamu mendalami suatu ilmu itu makin bagus, kalopun kamu mau cross ke coding tapi nggak bisa yaudah jangan dipaksakan, berarti tempatmu memang bukan disitu, aku 19 tahun belajar main gitar, nyanyi, menggambar tapi masih aja aku nggak bisa.
Karna apa? kita diciptakan bukan untuk master dalam semua hal. Bagus kalau kamu master pada bidang mu, nggak perlu kamu ikutin semuanya sekedar untuk dapat pujian orang"
Dan dari situlah gue sadar, i don't have to follow people's standards, pintar itu relatif,
semua orang seharusnya tau dan berdiri di posisi masing-masing
Allah ciptakan manusia sebagai makhluk paling sempurna, tapi bukan berarti kesempurnaan itu diartikan sebagai kita harus bisa segalanya,
di Indonesia, sistem pendidikan streaming kita untuk bisa semuanya, kalau diluar negeri ada talent recognition, untuk mengetahui anak ini akan mastering bidang apa dan dimana minatnya
tapi disini, monyet dituntut untuk bisa terbang, burung bisa berenang dan ikan bisa memanjat.
dengan melihat flaws di diri sendiri bukan berarti kita harus minder, bukan menyerah tapi bukan juga kemudian jadi ambisius then trying to meet others expectations,
you need to find a thing then finding out how that thing can carry you on to your dreams.
nggak melulu engineer sukses dan seniman itu suram,
semua hal, bahkan sekedar main game pun kalau kita put effort dan mastering disitu
bisa jadi ladang rezeki kok.
jadi sekarang, untuk mahasiswa-mahasiswa yang struggle dan merasa salah jurusan
jalani dan tekuni aja, ilmu nggak pernah sia-sia apalagi membawa kerugian
semoga bermanfaat, sampai jumpa di #randomtalks selanjutnya
No comments:
Post a Comment