kalian bisa baca dulu case yang gue screen shot dari salah satu akun instagram hate dibawah ini :

gue yakin pasti cara kalian merespon case diatas akan beragam, ada yang agree maupun disagree dengan si mbak selebgram yang katanya penghasilan nya 30 juta perhari tersebut.
disclaimer : akun hate tersebut muncul di bagian explore instagram gue, gue nggak nge-hate awkarin in anyway, gue pernah follow awkarin waktu gue masih SMA, if i'm not mistaken waktu itu dia masih bergaya "cute but psycho". gue follow dia sampai waktu dia mulai sering bikin vlog dan mini video di youtube which masih pacaran sama Gaga Muhammad. Gue suka cara dia me-manage feeds instagram nya dan menurut gue dia juga memiliki taste of fashion yang bagus. Meskipun akhirnya gue unfollow dia karna in my opinion, makin kesini she tends to get public attention by controversy. (itu thoughts gue loh boleh setuju boleh enggak)
Jadi, mbak selebgram ini berpendapat bahwa the reasons why orang-orang mengenyam pendidikan saat ini adalah demi gelar dan mencari pekerjaan semata. Ia menganggap dirinya tidak butuh itu karna dia sudah punya huge income dari endorsement dan popularitasnya.
i regret her opinion, alasan paling mendasarnya adalah karna pahlawan pendidikan kita in historical context, udah berjuang mati-matian supaya generasi kita ini bisa bersekolah, menimba ilmu sebanyak-banyaknya dan setinggi-tingginya supaya kita bebas dari penjajahan. Mereka sadar, masa depan bangsa ini ada ditangan kita, generasi penerusnya. Terus si mbak ini datang dengan santainya bilang "kuliah di indonesia itu pembodohan, kuliah itu nggak perlu karna goals dari kuliah, which is mendapat penghasilan, sudah bisa saya capai." atau bahkan dengan arogan nya melontarkan pendapat bahwa penghasilan dia jauh lebih besar ketimbang orang-orang yang saat ini punya tittle dan kerja formal.
girl, please.. realistically speaking. lo nggak akan selama nya juga jadi selebgram.
Gue jadi inget motion di National University Debating Championship tingkat nasional yang baru beberapa bulan lalu gue ikuti "TH as Millenial, Would uninstall instagram from our phones"
hehe, cerita sedikit. Gue jadi closing goverment, got fourth rank karna basically harms nya instagram udah dibawa semua sama opening goverment, tentang false expectation dan un-genuine nya kids jaman now yang jadi korban instagram.
waktu minta constructive feed back, (waktu itu chair nya kak Rivan (kalo gak salah))
Dia bilang "lo bisa jelasin, kenapa akhirnya yang jadi korban justru millenial yang merasa selebgram itu sendiri, kenapa? karna mereka trapped into a perceptions, bahwa karir mereka sebagai selebgram dan penghasilan yang mereka dapat sekarang itu sustainable"
nah! melihat case ini gue jadi inget akan hal itu. Kasihan juga sih si mbak selebgram ini, jadi menganggap pekerjaan dia yang sekarang ini memberikan penghasilan yang tetap. Padahal orang-orang bisa unfollow dia kapan aja, bisa lupain nama nya kapan aja, dan awkarin-awkarin lainya yang lebih potential bisa muncul kapan saja.
Dan alasan kedua yang tidak kalah penting adalah, penggemar mbak ini cukup banyak dan rata-rata anak sekolahan, bisa dibayangin dong kalo misal mbak ini berbicara kepada media bahwa kuliah di indonesia semacam pembodohan dan mahasiswa yang dia katakan "exceptions" hanya 1%
bagaimana nantinya adik-adik kita akan perceived pendidikan?
bagaiman jika suatu saat mereka menolak berkuliah dan bilang ke orang tua mereka untuk jadi selebgram aja?
mau dibawa kemana Indonesia raya kalau generasi muda nya sudah menolak untuk menjadi terdidik?
Menariknya, how Awkarin perceived education, pernah juga dialami oleh gadis cantik lulusan UPN Veteran Yogyakarta jurusan Hubungan Internasional, yang kini berprofesi sebagai model dan make up artist. Sebut saja Kiki.
(kalian bisa lihat-lihat portofolionya di instagram @kikisahib @kikisahibmua )
kalau diceritain dari awal gimana bisa kenal dan akrab sama kak Kiki, nanti kalian ngantuk baca blog post kali ini. So langsung aja
Jadi,, pertemuan kita tempo hari adalah karna kak Kiki sedang dalam proses menulis tulisan yang nantinya akan di post di blog pribadinya, ia butuh sumber supaya tulisan nya objektif.
And i'm so excited that i was the one who is choosen to be interviewed.
Setelah selesai interview kita ngobrol banyak seputar kuliah dan pengalaman kak Kiki selepas wisuda.
"dulu tuh ri, aku nggak pernah ada fikiran untuk kuliah!" seru nya.
"aku bilang sama papa dan mamaku kalau aku maunya ikut sanggar atau kursus apa aja yang jadi hobi aku, dulu kan lagi senang-senangnya nge-dance tuh ya, nah aku tuh maunya nari aja"
sempat kaget juga sih "serius ka? terus gimana respon orang tua kakak?" tanyaku, soalnya kalo aku bilang gitu ke orang tuaku yang ada aku di jodohin terus disuruh nikah.
"iya ri, terus papaku jelasin begini"
"sekarang begini ya, mama dan papa nggak akan ada selamanya untuk kamu, meskipun ada saudara, kamu yakin mau ngerepotin kakak dan saudaramu nantinya? Kamu tidak bisa mengandalkan hanya skill yang kamu miliki, sekarang S1 itu penting, mana tahu nanti jaman kamu S2 lebih penting. Kuliah itu yang dilihat proses nya, kamu nggak cuma belajar ilmu-ilmu yang berkaitan sama jurusan mu aja, kamu akan melihat lingkungan yang lebih luas dan bertemu berbagai macam orang"
"nah akhirnya dari situ aku setuju untuk kuliah, sayangnya aku nggak pernah dapat jurusan yang ku pingin, aku kan pingin banget ambil sastra inggris tuh, yaudah karna denger-denger HI juga ada unsur bahasa inggrisnya dan lebih luas ya tentang politik bisnis dan yah namanya juga HI kan, relasi dengan luar negeri. Jadi deh aku ambil HI. Bisa dibilang aku juga ngasal ngambil jurusan HI"
Gue setuju banget sama nasihat dari ayah nya Kak Kiki, dunia akan semakin dinamis kedepan nya dan satu satunya yang bisa kita lakukan adalah keluar dari zona nyaman, hebatnya Kak Kiki, meskipun seringkali merasa salah jurusan dan asal pilih, tapi dia bisa survive bahkan lulus cumlaude!
Kalau soal mahasiswa exceptions , gue dan ka Kiki juga kemarin sempat membahas soal ini
yang dimaksud Karin sebagain exceptions adalah mahasiswa yang tidak biasa-biasa.
Mungkin dia belum pernah melihat orang-orang yang bisa berbisnis sambil mengejar gelar sarjana, yang sudah meniti karir meskipun masih berstatus mahasiswa.
justru lingkungan perkuliahan adalah lahan baru bagi mahsiswa mahasiswa exceptions tadi, untuk memperbanyak relasi dan pengalaman, sebagai yang juga berkarir sambil bersekolah
gue dan kak Kiki setuju bahwa hobi bisa dijadikan sampingan, menekuni keduanya bukan hal mudah tapi bukan juga tidak mungkin kalau berjalan beriringan.
jadi bukan berarti karir menghambat sekolah dan sekolah menghambat karir itu sendiri, bukan berarti juga orientasi seseorang bersekolah adalah sekedar bisa bekerja kantoran, bukan.
it's much more than that.
we're chasing tittle for prestige? exactly, karna dengan itu kita tidak bisa diremehkan,
dengan itu kita bisa meyakinkan seseorang pada first impression bahwa kita master dibidang yang kita offer, tapi bukan berarti sebatas itu saja. gelar sarjana menurut kami juga bentuk dari tanggung jawab.
Ka Kiki bilang, bisa aja sampai di jogja kita nggak kuliah semestinya, bisa saja ia memfokuskan diri hanya dibidang yang ia ingini : makeup, tapi pendidikan adalah tanggung jawab terhadap orang tua yang sudah membesarkan kita, dan pasti ingin anaknya punya derajat yang tinggi
dan dari situlah menurut ku pula derajat yang tinggi cuma bisa didapat dengan menimba ilmu
dan mengamalkan ilmu tersebut.
Mungkin ada juga yang mau berkarir dulu baru kuliah karna issues yang dihadapi orang berbeda-beda dan menurut gue itu sah-sah aja, fitrah manusia adalah untuk terus berusaha sambil berdoa, selama ada intention untuk mengembangkan diri dan selalu belajar mau sekolah dulu baru karir, sebaliknya, atau berbarengan keduanya, yang penting adalah kemauan dari dalam diri.
it's an irony kalau karna merasa sudah bisa cari uang terus merasa tidak butuh ilmu, atau hanya berorientasi sama ilmu aja tapi nggak diamalkan, padahal sebaik-baiknya ilmu adalah yang bermanfaat untuk banyak orang.
parameter sukses bisa berbeda-beda in each persons.
Gitasav merasa sukses adalah ketika kita bisa bermanfaat untuk orang banyak, dan kak Kiki berpendapat sukses adalah ketika kita mendapat apresiasi dari orang lain.
ada juga pasti yang bilang sukses kalau sudah setajir artis hollywood, maupun punya jabatan tinggi.
Menurutku, sukses adalah ketika kita bisa membantu orang lain
mendefinisikan sukses versi mereka sendiri.
Jadi kalau menurut kalian sendiri gimana?