Monday, July 10, 2017

INDONESIAN CULTURE, THEY SAID.

Hi fellas! sesuai janji gue, gue bakalan ceritain sedikit tentang pengalaman gue
selama freelance ( kerja lepas ) sama dua orang dari 'semacam'  perusahaan di USA.
mulai dari impression gue dan mereka tentang Indonesia tercinta. OK, so where to  begin?




so ok, tahun lalu gue dimintai tolong sama salah seorang senior gue untuk jadi interpreter, jadi Mr.L dan Ms.M ini adalah costumer dia di perusahaan multmedianya, dia bilang kalo dua orang costumernya ini datang dari Texas.
Well, dengan senang hati gue membantu karna gue suka ketemu orang baru apalagi sama orang luar, gue gak expect  apa-apa sih waktu itu, gue fikir "ah paling cuman sebatas terjemahin aja terus pulang".
Sebelum pergi gue sama senior gue makan dulu, soalnya katanya si Mr and Ms ini nggak pernah dan nggak bakal ngajak makan siang (kira-kira begitu setelah mereka dua kali berkunjung ke Yogyakarta).

Mereka friendly banget  dan kita ngobrol banyak, mereka nanya kenapa ada orang bernyanyi di waktu waktu tertentu (adzan), gue ngobrolin Trump dan mereka bilang mereka juga surprised, Trump bisa menang di pemilu kemarin, gue banyak tanya-tanya soal orang-orang berjilbab di sana
(itu sebelum ada ultimatum dari Trump kalo dia nge-ban muslim masuk ke USA), mereka bilang ada beberapa orang disana pakai meskipun sangat jarang,
kita banyak bicara soal kearifan lokal dan beberapa must-visited places di Indonesia.
They  said that they would love to travel around this beautiful country.



setelah berkeliling hari itu dan mereka bertemu beberapa pengrajin untuk usaha mereka dan mendapatkan beberapa buah tangan mereka kembali ke hotel.
Mereka ngasih gue sekotak coklat dan uang tunai, and more than i ever expected mereka nge-hire gue jadi interpreter mereka sekaligus untuk  supervising pekerja yang ada di Yogya!
So, mereka membuat aksesori seperti tas, dompet, dan banyak lagi lainya dari bahan-bahan yang eco-friendly. It's amazing, i know.

I'm still working with them until i shared this post, and it's always challenging working with them. I met so many different people who share their experience with me and Yudho. We've been to many places around Yogyakarta as well, it's kind of adventure to me.

Pahit manisnya bikin gue jadi sedikit banyak paham soal etos kerja dan gimana pandangan orang luar terhadap kita (mungkin ini nggak bisa digeneralisasi) tapi yang gue perhatikan dari
atasan gue sih gitu.
Guys selama ini sadar gak sadar kita tuh banyak kerja nggak sesuai deadline, kita menganggap janji cuma sekedar perkataan yang kalo nggak ditepati, masih ada banyak cadangan alasan padahal itulah yang menghambat kita, hal ini berujung pada ketidak konsisten-an kita dalam bekerja, dan pada akhirnya membuat profesionalitas kita menurun.
kita masih mengulur-ulur waktu, menganggap deadline bisa dikejar dalam semalam tanpa melihat kapasitas diri, padahal semua itu hanya akan menyulitkan kita sendiri,
apalagi kalau bekerja dengan orang-orang luar yang sangat berpegang pada timeline
semua sudah diatur dalam schedule.
selain itu,
sifat yang terlalu mudah dikompori ,dan sifat ikut-ikutan juga salah satu yang harus dihindari
pernah suatu ketika, seorang pengrajin profesional sudah sepakat untuk mencoba mengerjakan satu sample tas yang terbuat dari anyaman kertas, lalu tiba-tiba ia membatalkan nya dengan alasan "saya dengar dari si A katanya Mr and Ms itu sangat rewel dan terlalu banyak permintaan selama proses produksi."
dengan mudahnya dia membatalkan perjanjian sampai Ms.M bilang


"why do people  there always making commitment and then don't fulfill it, 
is that a culture  thing?"

"kenapa orang disana selalu membuat komitmen dan kemudian tidak memenuhinya apakah itu sebuah budaya/adat atau sesuatu?"
nyesek gak sih? kemudian orang kita di  cap sebagai rekan bisnis yang tidak berkomitmen.
Meskipun bukan gue yang jadi pengrajinya tapi sedih juga dengernya.
belum lagi orang yang ditegasin dikit terus langsung nggak mau kerja lagi (karna tersinggung sama kata-kata rekan kerja ataupun pelanggan), atau bahkan sampe menyebarkan kabar ke pengusaha lainya untuk tidak menerima order dari costumer tersebut
jadi seperti mendendam atau semacamnya.
padahal, maksud dari costumer memberi kritik dan saran itu untuk membangun,
dalam dunia kerja, baperan atau bawa perasaan is not a good thing as well.
sebenarnya ini jadi pembelajaran untuk diri sendiri (a note to self)
harus jadi pribadi seperti apa dalam dunia kerja dikemudian hari.

Apapun pekerjaannya, bahkan tukang parkir sekalipun kalau mannernya baik, kerjanya konsisten dan nggak cuman tiba-tiba muncul dari semak-semak pasti bisa kok mendatangkan rezeki
belum lagi berkah yang tidak berkesudahan

mari kita sama-sama koreksi diri untuk jadi pribadi yang lebih baik, karna sejatinya untuk merubah bangsa ini, semua dimulai dari diri kita sendiri! (wih berat banget bahasa gue) (hehe okay thanks udah baca blogpost gue kali ini, see ya!)

No comments:

Post a Comment

Search This Blog